TUGAS SEJARAH
Krisis Timur Tengah
(Fokus Utama Libia dan Mesir)
Semester II
Tahun Pelajaran 2011-2012
Oleh :
Ilyaza Pramesty
Almawati
17/9i
Sekolah Menengah
Pertama Negeri 4 Surakarta
Krisis Timur Tengah
(Fokus Utama Libia dan Mesir)]
Tidak ada berita baik dari Timur Tengah sepanjang Ramadhan
dan Idul Fitri lalu. Bahkan yang terjadi adalah sebaliknya, yaitu kian
memburuknya keadaan di beberapa negara Arab dan antarnegara Timur Tengah.
Stabilitas politik di kawasan yang hampir tidak pernah tenang selama hampir
tujuh dasawarsa sejak usainya Perang Dunia II, jelas kian memburuk. Krisis
politik dan keamanan Timur Tengah pada gilirannya dapat memengaruhi dinamika
politik dan ekonomi internasional secara keseluruhan.
Perkembangan terakhir yang potensial eksplosif bagi
stabilitas politik dan keamanan Timur Tengah adalah peristiwa tewasnya lima
tentara Mesir dalam kontak senjata antara pejuang Palestina Gaza dan militer
Israel di wilayah perbatasan Sinai (19/8/11). Hasilnya, pemerintah sementara
Mesir menarik duta besarnya dari Tel Aviv. Pada saat yang sama juga memanggil
dubes Israel di Kairo untuk meminta penjelasan atas insiden tersebut.
Pemerintah sementara Mesir juga menuntut Israel agar minta maaf, yang dibalas
Pemerintah Israel hanya dengan pernyataan ‘menyesal’ (regret).
Tidak ragu lagi, episode ini merupakan salah satu puncak
dari terus memburuknya hubungan antara Mesir pasca-Mubarak dan Israel.
Sebelumnya, pipa yang menyalurkan gas dari Mesir ke Israel juga dibom aktivis
Muslim anti-Israel, sehingga menghentikan ekspor gas Mesir ke Israel. Para
aktivis Muslim anti-Israel, yang kian aktif setelah jatuhnya Presiden Husni
Mubarak pada Januari lalu, menolak berkompromi lebih lanjut dengan negara
Zionis tersebut. Hal itu bermula sejak Presiden Anwar Sadat menandatangani
Perjanjian Perdamaian Camp David 1979, yang diikuti pembukaan hubungan
diplomatik di antara kedua negara.
Stabilitas keamanan dan politik Timur Tengah juga memburuk,
dengan terus berlanjutnya kekerasan antara pasukan militer dan para pejuang
antipemerintah di Suriah dan Libya. Pergolakan antirezim Qadafi di Libya dan
Bashar Assad di Suriah tidak berhenti dengan ibadah Ramadhan. Bahkan
sebaliknya, kedua belah pihak percaya, justru pada Ramadhan ini perang harus
dikobarkan dengan mengutip contoh Nabi Muhammad yang melakukan peperangan
melawan kaum kafir Quraish dalam bulan puasa. Hasilnya, para pejuang berhasil
menguasai Tripoli dan Qadafi terpaksa bersembunyi entah di mana.
Meski berhadapan dengan kutukan, kecaman dan sanksi
internasional, rezim Bashar Assad di Suriah tetap meneruskan kekerasan dan
perang terhadap warga negaranya sendiri, sehingga terus kian meningkatkan
jumlah korban tewas. Hal sama —dalam skala sedikit lebih rendah juga terjadi di
Yaman, tempat rezim Presiden Ali Abdullah Saleh terus menolak untuk
mengundurkan diri dari kekuasaan yang telah dipegangnya selama beberapa
dasawarsa.
Dengan meningkatnya perlawanan bersenjata masyarakat sipil
antirezim otoriter di dunia Arab, boleh jadi mereka akhirnya tumbang satu per
satu. Seperti terlihat dalam kasus pergolakan di Libya, pasukan NATO campur
tangan langsung dengan mengebom target-target strategis di Libya dan
sekaligus membantu kelompok militer dan para militer oposisi. Bukan tidak
mungkin kekuatan militer internasional akhirnya juga turut campur tangan di
Suriah dan Yaman. Sejauh ini, hanya krisis keuangan dan ekonomi di Eropa serta
Amerika, yang menahan mereka untuk campur tangan secara militer di
negara-negara Arab yang masih bergolak.
Krisis keamanan dan politik di Timur Tengah, baik terkait
Israel maupun intranegara Arab, hampir bisa dipastikan bakal terus berlanjut.
Meski rezim-rezim otoriter di dunia Arab bisa saja akhirnya jatuh, suksesi
politik juga tidak bakal berlangsung damai. Sebaliknya, proses transisi segera
menimbulkan pergumulan, ketegangan, dan konflik di antara berbagai kekuatan
politik warga. Upaya penciptaan keseimbangan politik dan sosial di antara
kelompok politik tidak mudah tercipta karena bertahan dan bahkan menguatnya
sikap saling curiga di antara mereka. Belum lagi, masuknya kekuatan asing
dengan kepentingan ekonomi dan politik masing-masing.
Perkembangan semacam itu bisa disaksikan di Mesir
pasca-Mubarak sampai hari ini dan ke depan. Menjelang Pemilu September 2011
ini, pergumulan itu di antara berbagai kekuatan politik bahkan cenderung
meningkat. Massa kembali ke Maydan Tahrir meski muncul dalam jumlah relatif
lebih kecil dibanding ketika penumbangan Mubarak dulu. Gejala ini
mengindikasikan peningkatan ketidakpuasan terhadap proses transisi dan sekaligus
sikap saling tidak percaya di antara berbagai kekuatan politik dalam negara.
Di tengah perkembangan Timur Tengah yang mencemaskan, amat
mengecewakan, Pemerintah Indonesia nyaris tidak aktif sama sekali. Padahal,
Indonesia sebagai negara yang disegani di antara negara OKI dan gerakan
Non-Blok tidak patut berdiam diri. Jika punya kemauan dan iktikad baik,
Indonesia bisa menggalang kerja sama, misalnya, dengan Turki yang aktif
berusaha meredakan konflik di Timur Tengah, baik terkait Israel maupun
intra-Arab. Hanya dengan turut aktif dalam menyelesaikan konflik dan sekaligus
membantu transisi yang damai, Indonesia dapat dihargai masyarakat
internasional.
Gerakan pembaharuan yang
terjadi di negara-negara di kawasan Timur Tengah dan Afrika Utara saat ini
telah memberikan guncangan pada perekonomian global, hal ini dapat kita lihat
langsung pada kondisi di pasar modal dengan indikator naik turunnya indeks
perdagangan saham gabungan pada seluruh bursa di dunia.
Kondisi terakhir yang dapat
kita katakan sebagai revolusi ini, terjadi diberbagai negara yang dimulai oleh
penggulingan Presiden Ben Ali dari Tunisia dan Presiden Mubarak dari Mesir. Di
mana keduanya sudah berkuasa sedemikian lamanya.
Pergolakan ini tentu
menggunakan kekerasan yang mengakibatkan korban jiwa membawa dampak terhadap
ketentraman dan ekonomi dunia. Pergolakan yang dimulai di Tunisia ini telah
mengilhami atau dapat kita sebut mengobarkan semangat pembaharuan di beberapa
negara lain dikawasan Timur Tengah dan Afrika Utara, untuk bangkit dan berjuang
melawan penindasan rezim yang telah begitu lama berkuasa dan tidak mengabaikan
nasib rakyatnya. Sebut saja pergolakan dilanjudkan oleh rakyat Mesir,
Yaman dan terakhir sekarang adalah Lybia.
Dampak krisis Timur Tengah dan
Afrika Utara terhadap ekonomi global ini tentu saja membuat kekhawatiran yang
sangat beralasan. Seperti yang kita ketahui bersama kawasan ini merupakan
kawasan yang sangat strategis dalam lalu lintas perdagangan dunia termasuk di
dalamnya adalah minyak selain minyak nabati dan gandum. Mesir di sini sangat
memegang peranan penting selaku negara yang dilewati terusan Suez, yang
menghubungkan laut merah dan mediterania.
Dengan terjadinya gejolak di
Mesir beberapa saat yang lalu maka tidaklah tanpa alasan kenaikan harga minyak
dunia yang hampir mencapai US$100/barrel. Dan kenaikan harga minyak ini akan
terus bertambah dan sulit untuk dikontrol terlebih lagi dengan gejolak yang
terjadi di Lybia saat ini.
Krisis yang berkelanjutan di
Lybia tentu akan sangat membuat kondisi ekonomi dunia terutama harga minyak
sulit untuk diatasi. Disatu sisi kondisi ini telah menimbulkan keresahan bahkan
ketakutan bagi semua orang yang bekerja dan tinggal di Lybia. Ribuan orang kini
telah meninggalkan Lybia dan kembali ke negara-negara asal mereka. Tidak
terkecuali rakyat Indonesia yang bekerja dibeberapa perusahaan di Lybia.
Peringatan berdatangan dari berbagai kepala negara di dunia seakan tidak
digubris oleh Khadaffi dan hal ini telah meresahkan Perserikatan Bangsa-Bangsa
yang dengan tegas menyerukan agar regim Khadaffi mundur dari kekuasaan. Namun
himbauan keras yang datang dari PBB dan semua kepala negara di dunia dianggap
angin lalu bahkan hingga kini regim Khadaffi masih berkuasa dan menyengsarakan
rakyat Lybia. Ucapan yang disampaikan Khadaffi dan anak lelakinya Saif Al
Islami bahwa mereka akan bertahan “hingga titik darah penghabisan “ telah
menyulut kemarahan yang lebih luas dan kekhawatiran di dunia termasuk dari
kalangan investor global.
Dalam hubungannya dengan
instrument investasi global, kerusuhan di kawasan ini telah terbukti menjadi
momok bagi pergerakan bursa saham. Bursa-bursa saham global rontok akibat makin
tegangnya kondisi di Timur Tengah dan Afrika Utara. Kondisi seperti ini
tidaklah dapat kita biarkan, Khadaffi harus dihentikan dan untuk itu kita
berharap pendekatan dan cara-cara persuasif dapat digunakan untuk membujuk
Khadaffi, kekuatan militer harus dihindari kecuali sudah tidak ada pilihan
lain.
Kita juga dihadapkan apabila
krisis politik dikawasan ini berkelanjutan dapat mengakibatkan proses pemulihan
ekonomi yang sedang berlangsung serta upaya menurunkan harga di sektor pangan
dikawasan ini dapat terganggu. Harapan kita semoga kondisi dikawasan ini segera
membaik, yang tentunya di ikuti pula dengan membaiknya harga pangan serta
peningkatan harga komoditas minyak mentah dibeberapa kawasan di dunia.
Dan yang paling penting adalah harga minyak yang menjadi konsumsi rumah tangga
terbesar di dunia dapat turun dan stabil diharga normal.Kondisi revolusi yang
diiringi kekerasan dan korban jiwa ini bisa berdampak terhadap ekonomi dunia,
termasuk Indonesia.Kekhawatiran semacam ini bukan tanpa alasan. Pasalnya akibat
krisis politik di Mesir saja, harga minyak dunia, terutama yang diperdagangkan
di bursa London naik dan sempat menjadi USS 100/ barel. Kenaikan harga minyak
ini adalah konsekuensi logis dari krisis politik di Mesir mengingat negara ini
menguasai terusan Suez, rute pelayaran kunci untuk minyak dan produk lain
seperti gandum, minyak nabati, yang menghubungkan Laut Merah dan Mediterania.
Setelah Libya diguncang krisis harga minyak mentah Brent naik mencapai USS 108/
barel.
Saat ini situasi di Mesir
mulai terkendali setelah Hosni Mubarak bersedia menyerahkan jabatan sebagai
presiden Mesir. Akan tetapi revolusi yang menular ke Libya di mana Muamar
Khadaffi telah berkuasa selama 41 tahun justru lebih panas dibandingkan Mesir.
Berbeda dengan Mubarak yang masih dapat mengendalikan diri dan berkata-kata
diplomatis, tampaknya Khadaffi akan mengandalkan kekerasan untuk melanggengkan
kekuasaannya. Ratusan jiwa telah melayang dan tadi malam dalam pidato di
jaringan televisi nasional Khadaffi mengumumkan perang kepada rakyatnya sendiri
dan berjanji untuk bertahan ‘hingga titik darah penghabisan.’ Kata-katanya
tersebut memancing kemarahan yang lebih luas dan kekhawatiran di kalangan
investor global.
Dalam hubungannya dengan
instrument investasi global, kerusuhan di kawasan ini telah terbukti menjadi
momok bagi pergerakan bursa saham. Bursa-bursa saham global rontok akibat makin
tegangnya kondisi di Timur Tengah dan Afrika Utara. Di samping itu kekhawatiran
bahwa krisis politik kawasan ini dapat mengikis proses pemulihan ekonomi yang
sedang berlangsung juga menurunkan harga di sektor pangan. Meskipun demikian
tampaknya harga pangan justru akan kembali merangkak naik seiring dengan
kenaikan harga komoditas minyak mentah.dan Dampak Krisis Timur Tengah dan
Afrika Utara Terhadap Indonesia Dalam konteks dampak terhadap Indonesia,
mungkin dalam jangka pendek gejolak politik di Timur Tengah dan Afrika Utara
tidak akan berdampak secara langsung terhadap nilai perdagangan Indonesia. Dari
segi keterkaitan pasar yang berdampak langsung ke perdagangan, negara kita
tidak akan terpengaruh dengan apa yang terjadi di Timur Tengah dan Afrika
Utara. Alasannya rasional yaitu, hubungan dagang langsung antara Indonesia
dengan Timur Tengah dan Afrika Utara memang sangat kecil. Sejauh ini, pasar
ekspor Indonesia lebih banyak mengarah ke kawasan Asia daripada kawasan Timur
Tengah.
Akan tetapi gejolak di Timur
Tengah dan Afrika Utara mampu mendorong harga komoditas di pasar global,
terutama pangan dan energi. Artinya, krisis Timur Tengah dan Afrika Utara
meningkatkan risiko dan premi risiko untuk lalu lintas perdagangan barang
global, termasuk negara Indonesia. Tidak hanya itu, krisis politik di Timur
Tengah dan Afrika Utara juga bisa menyebabkan meningkatnya biaya freight dan
asuransi kapal. Kenyataan ini jelas mempengaruhi pasar keuangan dunia, termasuk
di Asia, sehingga ketidakpastian pasar di negara-negara Asia termasuk Indonesia
akan naik.
Di samping potensi kenaikan
harga pangan dan minyak mentah dalam jangka pendek, revolusi Timur Tengah dan
Afrika Utara akan mengganggu stabilitas pasar keuangan, khususnya aset-aset
keuangan dan properti yang berdenominasi Timur Tengah dan Afrika Utara.
Dengan demikian pemerintah
harus mengambil langkah-langkah yang terkait dengan penanggulangan dan
minimalisasi dampak dari krisis di Timur Tengah dan Afrika Utara. Bentuk
konkretnya adalah, pemerintah harus segera menaikkan posisi cadangan pangan
dalam negeri dengan cara mengintensifkan peningkatan produksi pangan. Selain
itu, untuk mengantisipasi dampak krisis politik di Mesir terhadap perekonomian
Indonesia, pemerintah Indonesia harus mengamankan sektor ekspor. Caranya
adalah, Indonesia harus melakukan diversifikasi ke pasar Amerika dan Eropa.
Selama ini Indonesia lebih menekankan diversifikasi ke pasar Asia, namun tidak
menggalakkan ke pasar Amerika dan Eropa. Diversifikasi pasar adalah sebagai
upaya untuk mengantisipasi resesi di Timur Tengah akibat krisis politik di
Mesir. Krisis ini bisa menurunkan pertumbuhan negara-negara di Asia karena
resesi di negara-negara maju di Timur Tengah.
Revolusi yang melanda Negara-negara di kawasan Timur Tengah
dan Afrika Utara saat ini telah memberikan guncangan pada pasar investasi
global (23/02). Kondisi revolusi yang diiringi kekerasan dan korban jiwa ini
bisa berdampak terhadap ekonomi dunia, termasuk Indonesia.
Kekhawatiran semacam ini bukan tanpa alasan. Pasalnya akibat
krisis politik di Mesir saja, harga minyak dunia, terutama yang diperdagangkan
di bursa London naik dan sempat menjadi USS 100/ barel. Kenaikan harga minyak
ini adalah konsekuensi logis dari krisis politik di Mesir mengingat negara ini
menguasai terusan Suez, rute pelayaran kunci untuk minyak dan produk lain
seperti gandum, minyak nabati, yang menghubungkan Laut Merah dan Mediterania.
Setelah Libya diguncang krisis harga minyak mentah Brent naik mencapai USS 108/
barel.
Saat ini situasi di Mesir mulai terkendali setelah Hosni
Mubarak bersedia menyerahkan jabatan sebagai presiden Mesir. Akan tetapi
revolusi yang menular ke Libya di mana Muamar Khadaffi telah berkuasa selama 41
tahun justru lebih panas dibandingkan Mesir. Berbeda dengan Mubarak yang masih
dapat mengendalikan diri dan berkata-kata diplomatis, tampaknya Khadaffi akan
mengandalkan kekerasan untuk melanggengkan kekuasaannya. Ratusan jiwa telah
melayang dan tadi malam dalam pidato di jaringan televisi nasional Khadaffi
mengumumkan perang kepada rakyatnya sendiri dan berjanji untuk bertahan ‘hingga
titik darah penghabisan.’ Kata-katanya tersebut memancing kemarahan yang lebih
luas dan kekhawatiran di kalangan investor global.
Dalam hubungannya dengan instrument investasi global,
kerusuhan di kawasan ini telah terbukti menjadi momok bagi pergerakan bursa
saham. Bursa-bursa saham global rontok akibat makin tegangnya kondisi di Timur
Tengah dan Afrika Utara. Di samping itu kekhawatiran bahwa krisis politik
kawasan ini dapat mengikis proses pemulihan ekonomi yang sedang berlangsung
juga menurunkan harga di sektor pangan. Meskipun demikian tampaknya harga
pangan justru akan kembali merangkak naik seiring dengan kenaikan harga
komoditas minyak mentah.
Pertanyaan :
1.
Bagaimana pendapatmu
mengenai krisis Timur Tengah yang merupakan ancaman bagi dunia Internasional?
2.
Bagaimana cara
penyelesaiannya?
Jawaban :
- Dampak krisis politik timur tengah terhadap perekonomian dunia
Gerakan pembaharuan yang terjadi
di negara-negara di kawasan Timur Tengah dan Afrika Utara saat ini telah
memberikan guncangan pada perekonomian global, hal ini dapat kita lihat
langsung pada kondisi di pasar modal dengan indikator naik turunnya indeks
perdagangan saham gabungan pada seluruh bursa di dunia.
Kondisi terakhir yang dapat kita
katakan sebagai revolusi ini, terjadi diberbagai negara yang dimulai oleh
penggulingan Presiden Ben Ali dari Tunisia dan Presiden Mubarak dari Mesir. Di
mana keduanya sudah berkuasa sedemikian lamanya.
Pergolakan ini tentu menggunakan
kekerasan yang mengakibatkan korban jiwa membawa dampak terhadap ketentraman
dan ekonomi dunia. Pergolakan yang dimulai di Tunisia ini telah mengilhami atau
dapat kita sebut mengobarkan semangat pembaharuan di beberapa negara lain
dikawasan Timur Tengah dan Afrika Utara, untuk bangkit dan berjuang melawan
penindasan rezim yang telah begitu lama berkuasa dan tidak mengabaikan nasib
rakyatnya. Sebut saja pergolakan dilanjudkan oleh rakyat Mesir, Yaman dan
terakhir sekarang adalah Lybia.
Dampak krisis Timur Tengah dan
Afrika Utara terhadap ekonomi global ini tentu saja membuat kekhawatiran yang
sangat beralasan. Seperti yang kita ketahui bersama kawasan ini merupakan
kawasan yang sangat strategis dalam lalu lintas perdagangan dunia termasuk di
dalamnya adalah minyak selain minyak nabati dan gandum. Mesir di sini sangat
memegang peranan penting selaku negara yang dilewati terusan Suez, yang
menghubungkan laut merah dan mediterania.
Dengan terjadinya gejolak di Mesir
beberapa saat yang lalu maka tidaklah tanpa alasan kenaikan harga minyak dunia
yang hampir mencapai US$100/barrel. Dan kenaikan harga minyak ini akan terus
bertambah dan sulit untuk dikontrol terlebih lagi dengan gejolak yang terjadi
di Lybia saat ini.
Krisis yang berkelanjutan di
Lybia tentu akan sangat membuat kondisi ekonomi dunia terutama harga minyak
sulit untuk diatasi. Disatu sisi kondisi ini telah menimbulkan keresahan bahkan
ketakutan bagi semua orang yang bekerja dan tinggal di Lybia. Ribuan orang kini
telah meninggalkan Lybia dan kembali ke negara-negara asal mereka. Tidak
terkecuali rakyat Indonesia yang bekerja dibeberapa perusahaan di Lybia.
Peringatan berdatangan dari berbagai kepala negara di dunia seakan tidak
digubris oleh Khadaffi dan hal ini telah meresahkan Perserikatan Bangsa-Bangsa
yang dengan tegas menyerukan agar regim Khadaffi mundur dari kekuasaan. Namun
himbauan keras yang datang dari PBB dan semua kepala negara di dunia dianggap
angin lalu bahkan hingga kini regim Khadaffi masih berkuasa dan menyengsarakan
rakyat Lybia. Ucapan yang disampaikan Khadaffi dan anak lelakinya Saif Al
Islami bahwa mereka akan bertahan “hingga titik darah penghabisan “ telah
menyulut kemarahan yang lebih luas dan kekhawatiran di dunia termasuk dari kalangan
investor global.
Dalam hubungannya dengan
instrument investasi global, kerusuhan di kawasan ini telah terbukti menjadi
momok bagi pergerakan bursa saham. Bursa-bursa saham global rontok akibat makin
tegangnya kondisi di Timur Tengah dan Afrika Utara. Kondisi seperti ini
tidaklah dapat kita biarkan, Khadaffi harus dihentikan dan untuk itu kita
berharap pendekatan dan cara-cara persuasif dapat digunakan untuk membujuk
Khadaffi, kekuatan militer harus dihindari kecuali sudah tidak ada pilihan lain.
Kita juga dihadapkan apabila
krisis politik dikawasan ini berkelanjutan dapat mengakibatkan proses pemulihan
ekonomi yang sedang berlangsung serta upaya menurunkan harga di sektor pangan
dikawasan ini dapat terganggu. Harapan kita semoga kondisi dikawasan ini segera
membaik, yang tentunya di ikuti pula dengan membaiknya harga pangan serta
peningkatan harga komoditas minyak mentah dibeberapa kawasan di dunia.
Dan yang paling penting adalah harga minyak yang menjadi konsumsi rumah tangga
terbesar di dunia dapat turun dan stabil diharga normal.Kondisi revolusi yang
diiringi kekerasan dan korban jiwa ini bisa berdampak terhadap ekonomi dunia,
termasuk Indonesia.Kekhawatiran semacam ini bukan tanpa alasan. Pasalnya akibat
krisis politik di Mesir saja, harga minyak dunia, terutama yang diperdagangkan
di bursa London naik dan sempat menjadi USS 100/ barel. Kenaikan harga minyak
ini adalah konsekuensi logis dari krisis politik di Mesir mengingat negara ini
menguasai terusan Suez, rute pelayaran kunci untuk minyak dan produk lain
seperti gandum, minyak nabati, yang menghubungkan Laut Merah dan Mediterania.
Setelah Libya diguncang krisis harga minyak mentah Brent naik mencapai USS 108/
barel.
Saat ini situasi di Mesir mulai
terkendali setelah Hosni Mubarak bersedia menyerahkan jabatan sebagai presiden
Mesir. Akan tetapi revolusi yang menular ke Libya di mana Muamar Khadaffi telah
berkuasa selama 41 tahun justru lebih panas dibandingkan Mesir. Berbeda dengan
Mubarak yang masih dapat mengendalikan diri dan berkata-kata diplomatis,
tampaknya Khadaffi akan mengandalkan kekerasan untuk melanggengkan
kekuasaannya. Ratusan jiwa telah melayang dan tadi malam dalam pidato di
jaringan televisi nasional Khadaffi mengumumkan perang kepada rakyatnya sendiri
dan berjanji untuk bertahan ‘hingga titik darah penghabisan.’ Kata-katanya
tersebut memancing kemarahan yang lebih luas dan kekhawatiran di kalangan
investor global.
Dalam hubungannya dengan
instrument investasi global, kerusuhan di kawasan ini telah terbukti menjadi
momok bagi pergerakan bursa saham. Bursa-bursa saham global rontok akibat makin
tegangnya kondisi di Timur Tengah dan Afrika Utara. Di samping itu kekhawatiran
bahwa krisis politik kawasan ini dapat mengikis proses pemulihan ekonomi yang
sedang berlangsung juga menurunkan harga di sektor pangan. Meskipun demikian
tampaknya harga pangan justru akan kembali merangkak naik seiring dengan
kenaikan harga komoditas minyak mentah.dan Dampak Krisis Timur Tengah dan
Afrika Utara Terhadap Indonesia Dalam konteks dampak terhadap Indonesia,
mungkin dalam jangka pendek gejolak politik di Timur Tengah dan Afrika Utara
tidak akan berdampak secara langsung terhadap nilai perdagangan Indonesia. Dari
segi keterkaitan pasar yang berdampak langsung ke perdagangan, negara kita
tidak akan terpengaruh dengan apa yang terjadi di Timur Tengah dan Afrika
Utara. Alasannya rasional yaitu, hubungan dagang langsung antara Indonesia
dengan Timur Tengah dan Afrika Utara memang sangat kecil. Sejauh ini, pasar
ekspor Indonesia lebih banyak mengarah ke kawasan Asia daripada kawasan Timur
Tengah.
Akan tetapi gejolak di Timur
Tengah dan Afrika Utara mampu mendorong harga komoditas di pasar global,
terutama pangan dan energi. Artinya, krisis Timur Tengah dan Afrika Utara
meningkatkan risiko dan premi risiko untuk lalu lintas perdagangan barang
global, termasuk negara Indonesia. Tidak hanya itu, krisis politik di Timur
Tengah dan Afrika Utara juga bisa menyebabkan meningkatnya biaya freight dan
asuransi kapal. Kenyataan ini jelas mempengaruhi pasar keuangan dunia, termasuk
di Asia, sehingga ketidakpastian pasar di negara-negara Asia termasuk Indonesia
akan naik.
Di samping potensi kenaikan harga pangan dan minyak
mentah dalam jangka pendek, revolusi Timur Tengah dan Afrika Utara akan
mengganggu stabilitas pasar keuangan, khususnya aset-aset keuangan dan properti
yang berdenominasi Timur Tengah dan Afrika Utara.
Dengan demikian pemerintah harus mengambil
langkah-langkah yang terkait dengan penanggulangan dan minimalisasi dampak dari
krisis di Timur Tengah dan Afrika Utara. Bentuk konkretnya adalah, pemerintah
harus segera menaikkan posisi cadangan pangan dalam negeri dengan cara
mengintensifkan peningkatan produksi pangan. Selain itu, untuk mengantisipasi
dampak krisis politik di Mesir terhadap perekonomian Indonesia, pemerintah
Indonesia harus mengamankan sektor ekspor. Caranya adalah, Indonesia harus
melakukan diversifikasi ke pasar Amerika dan Eropa. Selama ini Indonesia lebih
menekankan diversifikasi ke pasar Asia, namun tidak menggalakkan ke pasar
Amerika dan Eropa. Diversifikasi pasar adalah sebagai upaya untuk
mengantisipasi resesi di Timur Tengah akibat krisis politik di Mesir. Krisis
ini bisa menurunkan pertumbuhan negara-negara di Asia karena resesi di
negara-negara maju di Timur Tengah.
Dampak Krisis Timur Tengah dan Afrika Utara Terhadap
Indonesia
Dalam
konteks dampak terhadap Indonesia, mungkin dalam jangka pendek gejolak politik
di Timur Tengah dan Afrika Utara tidak akan berdampak secara langsung terhadap
nilai perdagangan Indonesia. Dari segi keterkaitan pasar yang berdampak
langsung ke perdagangan, negara kita tidak akan terpengaruh dengan apa yang
terjadi di Timur Tengah dan Afrika Utara. Alasannya rasional yaitu, hubungan
dagang langsung antara Indonesia dengan Timur Tengah dan Afrika Utara memang
sangat kecil. Sejauh ini, pasar ekspor Indonesia lebih banyak mengarah ke
kawasan Asia daripada kawasan Timur Tengah.
Akan
tetapi gejolak di Timur Tengah dan Afrika Utara mampu mendorong harga komoditas
di pasar global, terutama pangan dan energi. Artinya, krisis Timur Tengah dan
Afrika Utara meningkatkan risiko dan premi risiko untuk lalu lintas perdagangan
barang global, termasuk negara Indonesia. Tidak hanya itu, krisis politik di
Timur Tengah dan Afrika Utara juga bisa menyebabkan meningkatnya biaya freight
dan asuransi kapal. Kenyataan ini jelas mempengaruhi pasar keuangan dunia, termasuk
di Asia, sehingga ketidakpastian pasar di negara-negara Asia termasuk Indonesia
akan naik.
Di
samping potensi kenaikan harga pangan dan minyak mentah dalam jangka pendek,
revolusi Timur Tengah dan Afrika Utara akan mengganggu stabilitas pasar
keuangan, khususnya aset-aset keuangan dan properti yang berdenominasi Timur
Tengah dan Afrika Utara.
Dengan
demikian pemerintah harus mengambil langkah-langkah yang terkait dengan
penanggulangan dan minimalisasi dampak dari krisis di Timur Tengah dan Afrika
Utara. Bentuk konkretnya adalah, pemerintah harus segera menaikkan posisi
cadangan pangan dalam negeri dengan cara mengintensifkan peningkatan produksi
pangan. Selain itu, untuk mengantisipasi dampak krisis politik di Mesir
terhadap perekonomian Indonesia, pemerintah Indonesia harus mengamankan sektor
ekspor. Caranya adalah, Indonesia harus melakukan diversifikasi ke pasar
Amerika dan Eropa. Selama ini Indonesia lebih menekankan diversifikasi ke pasar
Asia, namun tidak menggalakkan ke pasar Amerika dan Eropa. Diversifikasi pasar
adalah sebagai upaya untuk mengantisipasi resesi di Timur Tengah akibat krisis
politik di Mesir. Krisis ini bisa menurunkan pertumbuhan negara-negara di Asia
karena resesi di negara-negara maju di Timur Tengah.
Ika Akbarwati - Associate Analyst Vibiz Research Center
Ika Akbarwati - Associate Analyst Vibiz Research Center
Ulasan
:
Revolusi
yang terjadi Timur Tengah berefek pada pasar investasi global, seperti akibat
krisis politik di Mesir, harga minyak dunia menjadi naik, namun setelah
Presiden Mesin bersedia mundur dari jabatannya. Terlebih lagi revolusi ini
menular ke Libya yang keadaannya lebih buruk dari pada di Mesir, akibatnya
bursa-bursa saham global menjadi buruk.
Bagi
Indonesia, mungkin dalam jangka pendek tidak terlalu berpengaruh terhadap
perdangan Indonesia, karena hubungan langsung Indonesia dengan Negara-negara
timur tengah sangat kecil, akan tetapi gejolak di Timur Tengah dan Afrika Utara
mampu mendorong harga komoditas di pasar global, terutama pangan dan energi.
Untuk itu pemerintah harus segera menaikkan posisi cadangan pangan dalam negeri
dengan cara mengintensifkan peningkatan produksi pangan dan juga pemerintah
Indonesia harus mengamankan sektor ekspor, yaitu dengan diversifikasi ke pasar
Amerika dan Eropa
Krisis yang terjadi di Afrika Utara dan Timur Tengah tentunya
dapat menimbulkan dampak yang significant bagi perekonomian global di
negara-negara lainnya termasuk di Indonesia. Terutama selain dengan adanya
kenaikan harga minyak mentah ditambah lagi dengan krisis yang melanda Timur
Tengah dan Afrika Utara itu maka kenaikan harga minyak mentah diperkirakan
diluar rasio yang sesungguhnya. Dari pemberitaan yang saya ketahui bahwa
orang-orang Eropa mulai menginvestasikan dan mempercaya investasinya pada emas,
sehingga peraktis harga emaspun meningkat tajam. Harga bahan makanan otomatis
naik dan menghawatirkan timbulnya ancaman kelaparan di penjuru dunia. Angka
kemiskinan di Indonesia menurut BPS 14,15 % tahun 2010 ini, sementara
pertumbuhan ekonomi 6,1% dan tingkat inflasi 6,96%. Undang-Undang Dasar
mengamanatkan bahwa tujuan yang harus dicapai oleh negara adalah masyarakat
yang sejahtera adil dan makmur, oleh karena itu menjadi program bagi pemeruntah
untuk mengembangkan semua sektor-sektor yang ada didalam kehidupan masyarakat. Untuk
mengantisipasi dampak yang timbul karena krisis Timur Tengah ini maka
pemerintah harus mempunyai target pertumbuhan ekonomi yang jauh lebih tinggi
daripada yang sekarang. Menekan angka kemiskinan dari yang 14,5% tahun 2010
menjadi 5 %tahun 2012 adalah merupakan kebijakan yang rasional antara lain ;
1. meningkatkan
produksi dengan memanfaatkan tehnologi yang lebih maju
2. meningkatkan
industry perdagangan dengan dibarengi penerapan alih tehnologi yang lebih maju
3. meningkatkan
disiplin dan etos kerja segenap sumberdaya
4. mengefisiensikan
setiap pengeluaran dan penggunaan dana yang tidak relevan
5. meningkatkan
kewaspadaan dan keamanan dan ketertiban masyarakat
6. meningkatkan
peran serta dan partisipasi masyarakat dalam melakukan pengawasan kebijakan
publik
7. menghapuskan korupsi,
kolusi dan nepotisme.
8. meningkatkan
penegakan hukum pada setiap warganegara tanpa pilih bulu.
9. menjadikan
negara dengan pemerintahan yang good governance.
10.meningkatkan
derajat kesehatan anggota masyarakat, dengan meningkatkan gizi,menghapuskan
bibit-bibit penyakit menular,menemukan jenis-jenis obat penyembuh penyakit.
11.menurunkan
angka kematian dan kelahiran, usia hidup setiap orang rata-rata mencapai 75
tahun.
12.memanfaatkan
sumber daya alam, hasil tambang, hutan dan air yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat
secara hemat dan efisien.
- Serangan militer besar-besaran Israel di Tepi Barat mungkin menghancurkan intifada untuk saat ini, tetapi tidak pernah akan memberikan keamanan dan kedamaian rakyat Israel begitu sangat ingin. Kampanye mengerikan dari bom bunuh diri oleh muda Palestina memiliki Israel marah dan ketakutan, tapi tidak akan pernah memberi orang Palestina, keamanan dan martabat negara mereka sendiri. Amerika Serikat, mencoba untuk mengamankan gencatan senjata, bukan berfokus pada bagaimana menerjemahkan ini ke dalam politik kembali keterlibatan. Orang-orang Eropa menyerukan sanksi terhadap Israel yang jatuh ke dalam perangkap tanggapan brengsek lutut. Semua ini adalah jangka pendek respon yang akan melakukan sedikit untuk perdamaian jangka panjang.
Jika masyarakat internasional terus berpikir
dan bertindak secara bertahap - entah bagaimana gencatan senjata, kemudian
membangun kepercayaan, kemudian datang ke isu-isu politik keras lalu -
kegagalan akan terelakkan. Dengan perang habis-habisan sekarang latar belakang,
dan kebencian saling begitu kuat, pendekatan yang tidak bisa bekerja. Inisiatif
yang mungkin sekali telah mampu menstabilkan situasi - termasuk rekomendasi
dari Laporan Mitchell - telah menjadi semakin terpisah dari realitas di
lapangan.
Pendekatan saat ini harus berubah di atas
kepalanya. Tentu saja setiap upaya diplomatik yang mungkin harus terus
dilakukan untuk menghentikan kekerasan saat ini, tetapi upaya langsung juga
harus dilakukan untuk memberikan bobot dan substansi ke trek politik. Sementara
itu mendorong minggu ini untuk melihat Kuartet Madrid (AS, Uni Eropa, Rusia,
PBB) mengatakan bahwa "tidak ada solusi militer untuk konflik", dan
menyerukan semua pihak untuk "bergerak ke arah resolusi konflik
politik", banyak lebih dari retorika yang harus disampaikan oleh
masyarakat internasional jika gerakan yang terjadi.
Apa yang penting untuk mencapai gencatan
senjata yang nyata dan berkelanjutan, dan untuk membangun sebuah perdamaian
yang nyata dan abadi, adalah bagi para pihak untuk melihat sekarang diletakkan
di atas meja oleh masyarakat internasional ketentuan penyelesaian politik yang
adil untuk masing-masing, dan untuk mengetahui bahwa ada dukungan internasional
besar-besaran untuk rencana itu. Para pemain internasional utama, yang dipimpin
oleh AS, harus memotong langsung ke masalah utama, mengidentifikasi secara
rinci tentang hal akan consitute penyelesaian akhir yang adil dan komprehensif,
memberikan tekanan maksimal pada kedua belah pihak untuk menerima
prinsip-prinsip dan menegosiasikan persyaratan akhir yang pemukiman, dan
dimasukkan ke dalam mesin tempat yang akan membuatnya tongkat semua.
AS, Uni Eropa, Rusia dan Sekjen PBB - yang
didukung oleh Mesir, Arab Saudi dan Yordania - harus menjadi kelompok melalui
siapa bahwa rencana penyelesaian dikembangkan, dan disampaikan kepada para
pihak. Ini "Kontak Group", tidak berbeda dengan yang ditetapkan untuk
mengakhiri perang di Bosnia, juga akan diberlakukan pada mesin yang sesuai
tahap lebih lanjut, termasuk Implementasi dan Verifikasi Kelompok - kehadiran
pemantauan on-the-tanah internasional - untuk mengkonsolidasikan dan memajukan
proses.
Garis-garis besar jenis teks negosiasi
tunggal yang diperlukan yang jelas. Dokumen tersebut akan menjadi gabungan dari
prinsip-prinsip inisiatif Abdullah didukung oleh Liga Arab di Beirut pada Maret
2002 dan perpanjangan dari posisi - sangat dekat - yang sebenarnya dicapai oleh
pihak negosiasi di Taba pada Januari 2001. Ketentuan-ketentuan substantif utama
akan sepanjang baris berikut:
· Dua negara, Israel dan Palestina, akan hidup
dengan sisi-sisi, sesuai dengan pra-perbatasan tahun 1967, dengan kedaulatan
Palestina di Gaza dan sebagian Tepi Barat, dan tanah-swap dengan ukuran yang
sama memungkinkan Israel untuk memasukkan sebagian besar yang pemukim Tepi
Barat;
· Modal Palestina akan menjadi lingkungan Arab
Yerusalem Timur, dengan modal Israel di Yerusalem Barat dan pemukiman Yahudi
dari Yerusalem Timur;
· Palestina akan mengatur Haram al-Sharif
(Temple Mount) dan Israel akan mengatur Kotel (Tembok Ratapan); akan ada
perusahaan jaminan dukungan internasional mengenai penggalian, bangunan, keamanan
dan pelestarian barang antik di situs-situs suci;
· Palestina akan menjadi non-militer, dan
pasukan pimpinan-AS internasional akan memberikan keamanan bagi kedua negara;
· Masalah pengungsi akan diselesaikan dengan
cara yang membahas perasaan mendalam Palestina ketidakadilan tanpa mengganggu
keseimbangan demografis Israel melalui kembalinya massa pengungsi. Solusi di
sini mungkin tidak hanya mencakup kompensasi finansial, dan pilihan pemukiman
di Palestina atau negara ketiga, tapi pilihan untuk kembali ke bagian dari
Israel ini yang akan ditukarkan wilayah di Tepi Barat.
Tentu saja dalam lingkungan saat itu hanya
mungkin untuk berpikir bahwa kepemimpinan Israel dan Palestina saat ini,
dibiarkan, bisa bernegosiasi kesepakatan tersebut. Tapi dinamika akan
benar-benar berbeda jika istilah dasar itu disetujui oleh Amerika Serikat dan
Uni Eropa, yang didukung oleh Rusia dan Uni kunci negara (Mesir, Yordania dan
Arab Saudi) dan Sekjen PBB. Semacam backing untuk rencana tertentu - terutama
jika negara-negara Arab kunci disusun untuk menjadi vokal dan publik - akan
memberikan tekanan besar, dan pada saat yang sama memberikan penutup untuk,
kepemimpinan Palestina. Komitmen AS untuk rencana spesifik - bukan hanya
mendukung proses untuk menghasilkan satu - juga akan menempatkan tekanan besar
pada kepemimpinan politik Israel: sementara Pemerintah ini dapat diharapkan
menjadi bermusuhan, setiap ada prospek sebuah dinamika baru politik internal
yang diciptakan oleh sebuah inisiatif internasional dari jenis yang diusulkan.
Dengan rencana politik di atas meja, langkah
selanjutnya segera akan bagi Israel dan Palestina yang akan ditekan untuk
melaksanakan gencatan senjata nyata dan abadi, di mana kedua belah pihak handal
yg dapat dipercaya. Ini akan sangat sulit dicapai, namun tidak sesulit tugas
dalam hal tidak adanya cetak biru tersebut. Mengetahui bahwa masyarakat
internasional akan menekan untuk kesepakatan yang adil dan komprehensif,
militan Palestina akan memiliki insentif untuk mengakhiri kekerasan dan
kepemimpinan Palestina akan telah menambahkan leverage dan legitimasi untuk
memaksa mereka untuk melakukannya. Dan upaya-upaya tulus oleh Palestina untuk
memulihkan keamanan akan membuatnya jauh lebih mungkin bahwa masyarakat Israel
pada gilirannya akan menerima kompromi sulit emban oleh kesepakatan akhir yang
adil.
Langkah ketiga adalah untuk di-tanah
Implementasi, dan Kelompok Verifikasi yang akan dikirim untuk membantu
mempertahankan gencatan senjata, memverifikasi pelaksanaannya, keluhan dan
menyelesaikan perselisihan lokal. Agar efektif, akan perlu memiliki hubungan
langsung ke Contact Group (yang akan secara bersamaan mendorong untuk
menyimpulkan akhir-konflik negosiasi rinci penyelesaian), dan diberdayakan,
dengan dukungan dari kedua belah pihak, dengan lebih dari cukup spesifik
kewenangan untuk melaksanakan tanggung jawabnya. Mandat, peran dan ukuran Grup
tersebut akan perlu berkembang sebagai proses penyelesaian keseluruhan bergerak
maju. Ini semua agenda yang sangat ambisius, tetapi laporan baru yang dikeluarkan
minggu lalu oleh International Crisis Group (yang bisa dibaca di www.crisisweb.org ) menunjukkan bagaimana semua bagian
mungkin akan bersama-sama.
Apa yang dibutuhkan di atas segalanya adalah,
seperti biasa, suntikan diperlukan kemauan politik, terutama oleh Amerika
Serikat. Negara-negara Eropa adalah elemen sangat penting dalam persamaan, dan
harus - dimulai dengan minggu ini menteri dewan di Luksemburg - mengambil
inisiatif untuk mendapatkan proses politik bergerak jika Washington tidak akan.
Internasionalisasi konflik Israel-Palestina
tidak lagi opsi: hal itu adalah fakta. Pemain regional yang memicu konflik
dengan memberikan dukungan bagi kelompok-kelompok radikal, dan konflik
memperburuk ketidakstabilan baik di luar perbatasannya. Bermain game tambahan -
berfokus pada gencatan senjata, membangun kembali kepercayaan, dan mencapai
kesepakatan parsial - tidak akan berakhir kekerasan. Lingkaran setan teror dan
serangan militer hanya dapat dibagi oleh perjanjian akhir-konflik yang adil dan
komprehensif politik kembali ke tengah panggung. Dan hanya dapat kembali ke
tengah panggung jika masyarakat internasional menempatkan di sana.
Sumber:
1.
Penulis adalah
Direktur Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Tulisan dimuat pada Harian
Republika, Kamis, 15 September 2011.
2. (Vibiznews –
Economy)
4.
http://dwplondonmedia.blogsome.com/2011/03/15/krisis-di-timur-tengah-dan-afrika-utara-apa-dampaknya/
5. Associate
Analyst Vibiz Research Center
Tidak ada komentar:
Posting Komentar